Minggu, 25 Januari 2009

BENARKAH PROFESI APOTEKER TIDAK TERGANTIKAN/TIDAK DIPERLUKAN ?

Begitulah kira-kira argument dari pejabat isfi pada saat memberikan pencerahan kepada anggotanya dan pendapat sebagian orang tentang profesi Apoteker. Namun benarkah demikian halnya ?
Mari kita lihat potret kefarmasian (khususnya Farmasi komunitas) di Indonesia …
DI Indonesia dalam pendirian Apotek dikenal istilah APA (apoteker pengelola Apotek) dan PSA(Pemilik Sarana Apotek) dan tenaga kerja yang direkomendasi oleh pemerintah (Apoteker,Asisten Apoteker, Juru resep dan tenaga administrasi). Konsep ini kelihatannya dianggap sudah baik dan sudah baku untuk pelayanan kefarmasian di masyarakat. Dari sini dapat kita lihat untuk melayani pasien di apotek tenaga yang terlibat adalah PSA,APA,AA, Juru Resep, tenaga administrasi.Namun Apa yang terjadi ? Pada saat tidak ada APA maka yang terlibat adalah PSA,AA,Juru resep dan tenaga administrasi….Pada saat tidak ada tenaga APA dan AA maka dapat kita bayangkan bagaimana pelayanan kefarmasian di Apotek …..Permasalahan seperti ini terkadang dimanfaatkan oleh PSA untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mempekerjakan 1 APA non aktif, 1 AA dan banyak tenaga non kefarmasian (SMP,SMA) untuk membantu usaha apoteknya…. APAKAH INI TIDAK TERGANTIKAN/TIDAK DIPERLUKAN ...
Lalu bagaimana sikap pejabat pemerintahan di Dinas kesehatan & Pejabat ISFI dalam mengantisipasi hal seperti ini ….
Mari kita lihat potret kefarmasian di Negara tetangga Singapura…
DI Singapura nama apotek dikenal dengan istilah Pharmacy … Petugas yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian disana adalah Pharmacist dan tenaga teknis kefarmasian. Setiap Pharmacy buka di tunggu oleh 1 tenaga Pharmacist dan 1 tenaga teknis farmasi. Tidak ada PSA dan tenaga non farmasi yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian …. Saat saya berkunjung ke singapura saya sempatkan berkomunikasi dan berkenalan dengan tenaga pharmacist disana, dalam hati saya sangat kagum dengan pelayanan kefarmasian di singapura yang begitu konsisten dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian …
Mari kita lihat potret kefarmasian di Negara lainnya di Saudi ARABIA …
Pada tanggal 27 November 2008 s/d 26 Desember 2008 saya kebetulan sedang menunaikan ibadah haji di mekah dan Madinah dan pada saat yang bersamaan saya sempatkan melihat pelayanan kefarmasian di sana …Saudi Arabia adalah Negara dengan penduduk yang tidak begitu banyak, sehingga untuk tenaga kerja mereka banyak mendatangkan dari Negara tetanga di sekitarnya bahkan dari Indonesa (yang kita kenal dengan istilah TKI)Di mekah dan madinah secara umum kegiatan kefarmasian hampir sama dengan di Indonesia.Kalau di Indonesia di sebut Apotek, disana disebut PharmacyLuas apotek/Pharmacy mulai 15m2 hingga lebih dari 100m2.Jarak antar apotek/Pharmacy kurang lebih 50 s/d 100 m
Disana ada apotek milik perseorangan seperti Al nada Pharmacy dllNamun ada pula milik pengusaha besar seperti Al Nahdi Pharmacy, United Pharmacy, Taher Pharmacy dll.

Hal yang menarik di sana adalah seluruh pelayanan kefarmasian di apotek/pharmacy dijaga oleh pharmacist, tidak ada tenaga selain apoteker/pharmacist diapotek/pharmacy (PSA,AA,Juru resep sekalipun) ... seandainya hal seperti ini diterapkan di Indonesia mungkin disebut kebijakan yang super extrem ... padahal tenaga pharmacist di saudi arabia relatif sedikit kebanyakan pendatang dari negara lain - jazirah arab (iran, yaman, oman, india dll) namun betapa besar perhatian pemerintah pada dunia farmasi di sana.
Di Mekah
Di mekah kebetulan saya menginap di hotel As Sowfah jaraknya hanya 50 M dari Masjidil Haram dan di lantai dasar ada komplek pertokoan dan disana ada Al Nada Pharmacy, saat saya masuk saya dapati seorang warga india sendirian namanya Shake usia kurang lebih 30 th saya memperkenalkan diri bahwa saya adalah Pharmacist dari Indonesia, mereka sangat senang berkenalan dengan kami, dan kebetulan mereka adalah pharmacist yang dinas pagi sendirian. Disana ada dua pharmacist yang bertugas satu tugas shift pagi/siang, dan satu pharmacist jaga shift sore/Malam. (lihat gambar lelaki berbaju merah adalah pharmacist dari india)
Di Madinah
Saat melaksanakan kegiatan Arbain di Masjid Nabawi Madinah selama 40 waktu sholat (8 hari) Saya juga berkesempatan berkenalan dengan pharmacist di madinah dan di komplek pertokoan banyak Pharmacy/Apotek, saat saya masuk saya dapati seorang tinggi besar memakai jas warna putih (perbedaannya dengan di mekah dimedinah semuanya lebih teratur bahkan pharmacistpun semuanya memakai jas putih saat bertugas di apotek/pharmacy), saya memperkenalkan diri bahwa saya dan istri saya adalah Pharmacist dari Indonesia, mereka sangat antusias dan senang berkenalan dengan kami, dan mereka bangga sebagai Pharmacist. Dan di dinding sebelah tempat kerjanya terpampang surat Penugasan yang ditempel didinding Pharmacy tersebut dan kebetulan mereka adalah owner dari apotek namanya Abdurahman beliau berasal dari negeri Oman kami sempat berbicara panjang lebar tentang pelayanan kefarmasian disana. Darihasil dialog tersebut Setiap Pharmacy/apotek semuanya dijaga oleh Pharmacist tidak ada tenaga lain selain apoteker/pharmacist pada saat jam buka pharmacy/apotek. Sewaktu saya tanya ada berapa Pharmacist di pharmacy tersebut? Beliau menjawab ada 5 Pharmacist yang bertugas di Pharmacy yang berukuran tidak seberapa lebar-kira-kira 4x5 m2 yang diatasnya ada gudang di atapnya dengan ukuran yang sama 4x5 m2. Pagi 1 Pharmacist, Siang 1 Pharmacist , malam jam 18.00-21.00 dijaga 3 Pharmacist semuanya pharmacist laki-laki.Semua kegiatan kefarmasian baik pelayanan maupun kegiatan administrasi dilaksanakan oleh Pharmacist. Dan mereka memunyai wewenang penuh dalam memberikan obat kepada pasien di pharmacy tersebut. Saya singgung tentang clinical Pharmacist mereka mengiyakan dan melakukan semuanya itu.Masih belum puas dengan tempat tersebut saya mencoba melihat Apotek terbesar disana Namanya Al Nahdi Pharmacy, al Nahdi Pharmacy termasuk jaringan apotek terbesar di Saudi Arabia ternyata semuanya sama dijaga oleh Pharmacist saat jam buka Apotek/Pharmacy bahkan terkadang dua atau tiga saat jam buka Pharmacy.
Dalam Hati saya berfikir di negeri Saudi Arabia ternyata pelayanan kefarmasiannya sangat bagus dan mereka bangga dengan semua ini, tidak perduli itu milik konglomerat/perorangan semuanya tetap dijaga Pharmacist saat jam buka pharmacy. Saya tidak membahas tentang Tatap dengan pharmacist disana tetapi saya sudah melihat sendiri bagaimana pelayanan kefarmasian di sana.
Dalam hati saya berkata memang benar PROFESI APOTEKER ADALAH PROFESI YANG TIDAK TERGANTIKAN tapi Cuma di arab Saudi banyak saya temui dan sedikit sekali di Negara lain termasuk di IndonesiaDan untuk mewujudkan ini semua tentunya peran birokrasi pemerintah dan didukung peran organisasi profesi Apoteker sangat menentukan … karena semua itu system perundang-undangan dan hukum yang mengatur…Kalau sejawat kebetulan melaksanakan ibadah Haji/Umroh sempatkan melihat Pelayanan Pharmacy disana.
Disaat kita bingung bicara TATAP ternyata dinegara lain sudah memulai dengan bijak…Dan dengan jumlah apoteker yang begitu banyak di Indonesia sekarang ini seharusnya kita bisa melaksanakannya.

5 komentar:

HERMAN ZUNIGA mengatakan...

seandainya ada peraturan perundang-undangan yang jelas dalam mengatur siapa saja yang berhak untuk berada di apotek saat pelayanan maka semua hal tersebtu akan bisa terjadi di Indonesia, namun peraturan harus imbang dengan pelaksanaan dan hasil kesejahteraan pelayan di apotek.

bei peraturan perundangan yang diawasi dengan ketat pelaksanaannnya maka tidak ada campur tangan PSA atau non sejawat farmasi yang berperan lebih penting di apotek, BAHKAN tidak ada lagi apoteker cuma nama, atau apoteker non aktif, atau apoteker datang hanya ambil gaji tiap bulan

intinya adanya Peraturan yang terawasi langsung dan di terapkand engan penuh tanggung jawab, maka apoteker akan tampak pelayanannya...

sukses untuk sejawat semua

herman zuniga

Hery Irawan S.Farm.,Apt mengatakan...

wah keren bgt y d arab,,bgmana salery nya?

Anonim mengatakan...

Kl menurut pendapat 'NIN apotik di indonesia akan berjalan sesuai dg IDAMAN PROFESI APOTEKER (?)apa istilah skr...........tatap atau teuteup(bs sunda ketemu) dengan syarat apoteker yg status PNS TIDAK BOLEH SEBAGAI APOTEKER PENANGGUNG JAWAB BAIK DI APOTIK ATAU RUMAH SAKIT SWASTA.Sehingga apoteker2 yg BUKAN / BELUM PNS BISA FULL DI APOTEK.KENAPA 'NIN NGOMONG BEGITU KARENA P'LAMAN TAHUN 1980 SEBENARNYA PP 80 ITU DAH BAGUS .EH TAUNYA PSA CENDERUNG MEMILIH APOTEKER PNS KARENA DATANGNYA APA PNS INI YG RAJIN CUMA SORE / MALAM HARI DENGAN GAJI BISA KOMPROMI WALAUPUN TH 80 AN ITU PERATURANNYA BAGI HASIL.AKHIRNYA PP 80 DIGANTI YG SKR DENGAN PROGRAM TATAP.KESIMPULAN 'NIN APAPUN ISTILAHNYA SELAGI APOTEKER YG PNS BERCOKOL DIJAMIN TIDAK AKAN BERJALAN.YAAH AKAN BEGINI TERUS PROFESI APOTEKER DI JAGAT INDONESIA TERCINTA INI.

Ozal mengatakan...

Saya juga sedang mulai tertarik dengan membuka apotek, tapi saya masih TAKUT, gimana kalo apoteknya ga laku, gimana kalo ga ada yang dateng, gimana kalo kita dimusuhin dokter, dlllllll... Ini yang saya takutin dan mungkin semua orang yang baru mau melangkah membuat usaha..
Thanx..

Anonim mengatakan...

Dear Apoteker Indonesia,
Saya sering bgt denger ' obat keras harus dibeli di Apotek menggunakan resep dari dokter'. dari situ sy googling dan dpt blog ini. saya minta bantuan infonya, ya..saya kan sering beliin obat darah tinggi buat ibu saya tapi ga pake resep tetep di kasih 'tuh sama yang punya apotek. Bgmn,ni? kan repot kalo harus minta resep setiap kali mw beli obat. tolong penjelasannya, ya. terima kasih.