Minggu, 31 Agustus 2008

PERCAYA ATAU TIDAK !

Kisah menarik dibalik Pelantikan Apoteker Unair Bulan Agustus 2008

Alkisah ada seorang Bapak tiga anak berusia 48 th beliau masih aktif bekerja sebagai PNS entah karena Nadar atau punya janji khusus begitu anak pertamanya dinyatakan lulus dan dilantik menjadi Apoteker, si Bapak ini melakukan aksi dengan melakukan aksi berupa lari sejauh 116 Km mulai dari Banyuwangi hingga Situbondo aksi nekat ini dimulai pada tanggal 30 Agustus 2008 jam 04.00 pagi hari hingga finish sampai Situbondo jam 18.30 Malam.
Inilah bentuk rasa kasih sayang seorang babak terhadap anaknya ?

Percaya atau tidak …
Tapi ini benar-benar terjadi …
Sampai sekarang si Bapak susah berjalan & tetangga sekitar menganggap si bapak menderita stroke ringan …
padahal ya kecapekan …
Bayangkan umur 48 tahun melakukan aksi solo berlari 116 km kurang lebih 3 kali lari marathon….selama selama 14,5 jam ….
G I L A …

Minggu, 24 Agustus 2008

DISKUSI FARMASI KLINIK

TANYA :
Ass .. Maaf mengganggu, ada pasien di RS mendapat pengobatan
R/ Tab vit B6
Fargoxin 12,5
Ethambutol
Glucovance
Xanax 0,25
Alganax 0,5 & 0,25
Rifampicin
Codein 20

Minta tolong sarannya pak/bu, karena ada obat yang duplikasi, sekarang pasien kepanasan dan badannya kesakitan setelah minum obat. Terima kasih sebelumnya

Yuli,apt – Surabaya

JAWAB :

Alangkah baiknya bila ibu sebelumnya dapat melihat data laboratorium dari pasien tersebut karena dari data lab akan sangat membantu dalam menganalisa dan melihat bagaimana kemungkinan tujuan terapi dan pengobatannya.
Data lab yang sangat membantu untuk kasus tersebut antara lain :
Gula darah (glucose puasa & glucose 2 jam pp), Hb,
Faal ginjal (Urea,BUN,Creatinine)
Serta suhu, tekanan darah dan nadi, plus rekaman ECG kalau ada

Dari resep dokter yang diberikan diatas sekilas terlihat pasien mengalami 3 macam penyakit yang cukup berat yaitu penyakit TBC, gangguan jantung dan diabetes mellitus serta mengalami batuk-batuk dan pasien mengalami kegelisahan.
Penelusuran sejauh mana dan seberapa lama ketiga macam penyakit itu timbul akan sangat membantu dalam melakukan analisa dan intervensi pengobatan penyakit TBC bisa mempengaruhi kondisi kesehatan jantung demikian halnya dengan taambahan penyakit diabet akan cukup menambah masalah dalam menangani penyakitnya.

Kombinasi Tab vit B6 , Ethambutol, Rifampicin merupakan suatu kombinasi pengobatan terapi awal atau terapi ulang pada TBC & profilaksis TBC aktif.
Fargoxin 12,5 ditujukan untuk meningkatkan daya pompa jantung yang melemah sehingga diperlukan untuk menguatkan kerjanya.
Glucovance merupakan kombinasi glibenclamid & metformin HCL terapi ini merupakan terapi tahap kedua untuk DM type II yang tidak dapat dikontrol dengan diet, olah raga & sulfonilurea atau metformin.
Xanax 0,25 & Alganax 0,5 & 0,25 (keduanya mgd alprazolam) digunakan untuk mengatasi ansietas, ansietas-depresi, panik dosis awal 0,75-1,5 mg 3 kali sehari sehingga masih dalam batas wajar diberikan dosis 1 mg untuk gangguan panic 0,5-1 mg malam hari.
Belum lagi dipersulit dengan penyakit batuk yang sangat mengganggu sehingga diberi codein 20 mg

Kepanasan dan kesakitan bisa diakibatkan oleh gangguan yang terjadi dari salah satu dari ketiga penyakit tersebut, pemberian suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh terkadang diperlukan untuk penyakit yang sudah complicated seperti yang dialami pasien tersebut.

Dari resep tersebut diatas juga perlu kita waspadai adanya interaksi dari berbagai obat yang diminum ;

dan perlu kita pikirkan ternyata kombinasi dari resep tersebut dapat menimbulkan interaksi obat sebingga memungkinkan mempengaruhi tujuan pengobatan :

Rifampicin – glucovance -> efek rifampicin mengurangi efek glibenclamid yang ada dalam glucovance sehingga kita perlu memonitor kadar gula darah pasien
Rifampicin – fargoxin -> efek fargoxin berkurang dengan pemberian rifampicin, gunakan kombinasi ini dengan hati-hati, pasien perlu dimonitor. (sumber MIMS interaksi obat)

Nah sekarang tugas kita sebagai seorang apoteker bagaimana caranya agar tidak/seminimal mungkin terjadi interaksi obat?
Karena ada tiga jenis penyakit langkah pertama kita prioritaskan dahulu yang live saving yaitu obat jantung diminumkan dahulu, satu jam berikutnya diminumkan obat diabetesnya kemudian 1 jam berikutnya obat TBC nya. Untuk codeinnya bisa diminumkan seperlunya (saat batuk-batuk), untuk Xanax/Alganax juga seperlunya bila pasien merasa gelisah atau panic.

Dari kasus tersebut kalau kita bisa memonitor pasien di RS setiap hari akan lebih baik dan ini diperlukan hubungan yang baik dengan teman sejawat dokter dan perawat yang ada di ruangan agar tidak ada rasa saling curiga, menyalahkan dll agar kerjasama ini bisa berlanjut saling menjaga kerahasiaan ilmu kedokteran / kefarmasian dan hasil akhirnya patient safety & kesembuhan pasien yang kita utamakan. Terima kasih. (Drs.Suhartono,Apt)

ada yang ingin memberi masukan?

Senin, 11 Agustus 2008

DARI HISFARMA KITA BERGERAK ...

Usai sudah acara level nasional berupa Temu Ilmiah & Organisasi Hisfarma yang digelar oleh Hisfarma Jawa Timur di kota probolinggo tanggal 1-3 Agustus 2008
Harapan akan pencerahan tentang masa depan profesi apoteker komunitas nampak didepan mata namun perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah strategis oleh organisasi hisfarma.

Kedepan Hisfarma harus lebih mengaktualisasikan dirinya
Hisfarma harus dapat menunjukkan jati dirinya hisfarma sudah bukan lagi berwacana Hisfarma harus melakukan langkah nyata agar apoteker komunitas dapat diperhitungkan dikancah dunia kesehatan khususnya farmasi komunitas....

Langkah awal yang perlu kita lakukan adalah mendata sejauh mana kekuatan apoteker farmasi komunitas
Untuk menilai sejauh mana kekuatan tentunya hisfarma harus dapat menghitung kekuatan anggotanya, hisfarma harus dapat mendata anggotanya ...

Pernah saya melakukan searching tentang data jumlah apotek seluruh indonesia lewat website yang dikeluarkan Direktorat jendral Bina kefarmasian & alat kesehatan Depkes-RI http://www.binfar.depkes.go.id/search_info.php tentang Daftar Nama & Alamat Apotek di seluruh Indonesia yang di keluarkan pada tanggal 14 Juli 2008 dengan senang hati langkah awal saya download khusus untuk apotek jawa timur, namun alangkah terkejutnya saya bahwa daftar yang dikeluarkan ditjen binfar alkes adalah daftar usang yaitu daftar nama apotek tahun 90-an, yang kalau dipakai data sekarang sangat tidak valid apotekernya banyak yang sudah pindah bahkan sudah almarhum, apoteknyapun banyak yang sudah titup bahkan pindah lokasi, kenapa ini bisa terjadi tidakkah ditjen Binfar melakukan update & perbaikan data apotek ? bagaimana koordinasi pusat dan daerah sehingga datanya kacau begini? atau kita harus melakukan langkah manual mendata ke masing-masing daerah kab/kota ?

Mari kita melakukan langkah cepat teknologi informasi sudah sedemikian cepat namun bila dilingkungan birokrasi tidak bisa bergerak cepat apa jadinya apoteker yang diluar birokrasi ... mereka akan melakukan sendiri-sendiri dan ini akan jauh menghabiskan banyak energi .... sementara di negara lain sudah siap masuk ke wilayah negeri kita, namun dari data saja kita harus melangkah manual ....masih mendata ulang .... kapan selesainya .....

Kepada teman – teman ketua ISFI Cabang atau koordinator hisfarma di cabang/wilayah mari kita data kembali nama apotek, nama apoteker penanggung jawab (APA), alamat, pemilik apotek APA/PSA ... agar kita bisa lebih cepat mengambil langkah-langkah strategis ....karena keputusan strategis dapat diambil dari data yang akurat dan valid .....

Ada yang ingin membantu ???

Minggu, 03 Agustus 2008

BERITA JAWAPOS 4 AGUST 2008

APOTEKER SEPAKAT TINGKATKAN
CITRA PROFESIONALISME DIMASYARAKAT

Jawa pos, 4 Agustus 2008

Probolinggo, Apa jadinya bila para apoteker-apoteker dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (Hisfarma) bergabung dalam suatu temu ilmiah?
Ternyata ada banyak dasar pemikiran yang mampu menjadi pokok bahasannya. Terlebih mengenai bagaimana praktek kefarmasian di Apotek, bagaimana hubungan profesional antara klinisi (dokter) dengan apoteker praktisi di apotek, bagaimana pelayanan kefarmasian oleh apoteker di masyarakat. Inilah sebagian yang menjadi bahasan dalam temu ilmiah dan organisasi Hisfarma I yang berlangsung di Hotel Bromo View, Probolinggo pada 1-3 Agustus 2008 kemarin.
Dalam kesempatan tersebut walikota probolinggo HM Buchori SH MSi juga hadir sekaligus memberikan sambutan. Dengan mengusung tema “melalui gerakan tiada apoteker tiada pelayanan kita tingkatkan citra profesionalisme apoteker di masyarakat,” temu ilmiah diikuti sekitar 125 peserta.
Mengawali acara, beberapa arahan dari Prof. DR Haryanto Dhanutirto DEA, Apt juga disampaikan kepada peserta selaku ketua Umum Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) Pusat, dan tak tanggung-tanggung, Drs Abdul Muchid, Apt selaku Direktur Bina Farmasi Komunitas dan klinik - Depkes RI sengaja diundang oleh panitia acara sebagai pembicaranya. “Apoteker itu bukan tenaga medis, tugas pokok seorang apoteker itu melaksanakan pekerjaan kefarmasian, yaitu mengaktualisasi peran apoteker di dalam pelayanan kesehatan,” ujar Drs. Abdul Muchid kepada Radar Bromo disela kegiatan saat itu. Ingat, obat itu bisa menjadi racun kalau dipakai kalau dipakai kurang dari dosis bisa menjadi racun kalau dipakai lebih dari dosis bisa menjadi racun. Disini peran apoteker sebagai tenaga kesehatan menjadi semakin nyata sebagai tenaga kesehatan masyarakat. Apalagi dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, seorang apoteker harus bisa meningkatkan peran dan tanggung jawabnya juga,” lanjut drs. Abdul Muchid.
Beliau juga menegaskan,”Ke depan semua obat atau resep adalah kewenangan apoteker yang menyampaikan langsung kepada masyarakat, memberikan informasi tentang obatyang diberikannya, hingga dosis yang tepat inilah yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat.” Hal ini tentu saja sesuai dengan PP tentang pekerjaan kefarmasian yang segera menyongsong.
Drs. Suhartono, Apoteker praktisi apotek Bromo probolinggo selaku ketua panitia mengungkapkan temu ilmiah dan organisasi Hisfarma I ini merupakan salah satu langkah nyata untuk meningkatkan kepedulian dalam melakukan praktek kefarmasian mengingat telah bergesernya paradigma profesi farmasi di bidang pelayanan dari drug oriented menuju patient oriented. Jadi sekarang bukan hanya berorientasi obat lalu dan beralih kepada mutu pelayanan. Tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan dan kesembuhan pasien secara konsisten dan terus menerus,” ujar Drs. Suhartono, Apt kemarin. (adv)
EDISI BERIKUTNYA PEMBAHASAN MAKALAH .... Tunggu tanggal mainnya .... ok