Selasa, 11 Agustus 2009

MENJADI APOTEKER MANDIRI MENGAPA TIDAK ???

Memulai usaha apotek sendiri merupakan hal yang menakutkan sekaligus menarik. Mengapa? Disatu sisi ini dapat menimbulkan resiko besar karena item obat yang banyak, umur obat dibatasi (ada Expire date), harga obat bervariasi mula 100 perak sampai jutaan.
Sehingga terkadang membingungkan dan dapat membikin pusing bila tidak dapat dikelola dengan baik dan professional oleh ahlinya yaitu apoteker.

Disisi lain ini adalah strategi kesempatan besar dalam membangun kehidupan berprofesi yang mandiri.

Apa saja yang perlu kita persiapkan agar bisa membuat langkah sukses ?
1. Lakukanlah semuanya dengan perencanaan sebaik-baiknya
2. Carilah tempat yang dirasa tepat untuk dijadikan apotek (buat studi kelayakan)
3. Pelajari ilmu lain karena Ilmu tentang kefarmasian saja belum cukup tetapi anda harus mempelajari Ilmu Manajemen pemasaran, manajemen SDM, Manajemen keuangan, ilmu komputer dll.
4. Pengalaman kerja, bila anda apoteker yang baru lulus tidak ada salahnya anda belajar dulu dengan senior disekitar anda yang telah sukses mengelola apoteknya sendiri (magang).
5. Belajar dari pengalaman
Ingat Membangun usaha (enterprener) itu juga dimulai dari nol seperti kita menjalani pendidikan semuanya berawal dari kelas nol (TK) hingga ke Perguruan tinggi (Sarjana) dan untuk menjadi enterprener sejati tidak ada sekolahnya ...yang ada niat dan kemauan...

Pengalaman saya mendirikan apotek :
Waktu itu Tahun 2004 walaupun saya dan istri saya adalah apoteker, tetapi pengalaman untuk menjalankan apotek adalah Nol,
Walalupun saya dan Istri saya menjadi APA tapi tidak pernah berkecimpung dengan transaksi pembelian, penjualan dll, yang kami lakukan hanyalah dibelakang meja menanda tangani SP, tanda tangan gaji (akhir bulan), terkadang membantu AA dalam melaksanakan tugas kefarmasian di apotek. Ini saya lakukan kurang lebih 5 tahun dan terus terang saya hanya ke apotek paling sering seminggu sekali itu saja paling sekali datang maksimal 3 jam. Dengan pengalaman 5 tahun tidak membuat kami pintar tetapi sama saja tetap menjadi apoteker yang bodoh.

Berbekal Nekat, kemauan dan keyakinan agar tidak dilecehkan oleh PSA atau profesi lain saya memberanikan diri mengambil alih apotek milik orang lain yang didirikan tahun 2002 dan lagi sekarat, kebetulan Apoteker Penanggung Jawab Istri saya sendiri karena PSA tidak bisa menjalankan roda usahanya akhirnya apotek tersebut dijual. Orang pertama yang ditawari apotek adalah saya sendiri karena ijin apotek atas nama istri saya.
Omzet waktu itu hanya 300 rb per hari 10 Juta/ bulan. Stok obat 30 jt, karyawan 4 orang 1 apoteker, 2 AA, 1 Administrasi
Agak susah memang untuk bisa menutup biaya operasional (BEP) apalagi balik modal (ROI) dengan kondisi seperti ini …belum lagi kalau membayangkan berapa banyak disekitar kami perawat dispensing, dokter dispensing, sales freelan dll, sepertinya pangsa pasar apotek semakin sempit
" Namun ditengah ketidak pastian saya tetap berprinsip nilai jual apotek akan dapat diperhitungkan kalau apotekernya terjun sendiri."

Setelah saya ambil alih saya harus melakukan berbagai langkah/kiat :
1. Manajemen apotek kami rubah
2. Layout apotek kami rubah cerah & lebih fress
3. Kami melakukan jadwal konsultasi apoteker bergantian dengan istri (Seperti jadwal praktek dokter Lihat gambar sebelah layout apotek dan jadwal praktek apoteker) dari sini kami juga dapat menggali kebutuhan dan keinginan pasien / masyarakat.
4. Minggu /hari besar tetap kami buka
5. Obat kami lengkapi
6. Pelayanan prima coba kami bangun.
7. Karyawan kami beri seragam


Banyak pengalaman yang kita petik dari hal seperti ini selain ilmu kefarmasian kita yang lebih matang ada ilmu lain yang kita dapatkan yaitu ilmu dagang, ilmu perpajakan, ilmu SDM, hubungan dengan masyarakat, pemerintahan, dll dan sepertinya kita betul-betul dapat dikatakan apoteker sejati yang tahu akan segala penyakit, segala obat dll

Dengan berjalannya waktu, masyarakat semakin mengenal apotek, mereka ternyata senang sekali dapat konsultasi dengan apoteker, kami juga membangun komunikasi dengan dokter, bila pasien mempunyai penyakit yang perlu diperiksa dokter saya sarankan ke dokter dulu dengan lebih dulu saya mengontak dokternya disekitar apotek kami dan efeknya dokternya sungkan melakukan dispensing dan pasien kembali ketempat kami melakukan konsultasi dengan kami tentang resepnya dan kalau dihitung-hitung nilai resep lebih besar dibanding kalau kami melakukan swamedikasi seperti menjual antasid, antibiotik, obat penghilang rasa sakit dll lama kelamaan hubungan kami dengan dokter juga terbangun.

Dan ternyata masyarakat yang memerlukan apotek bukan hanya orang awam/masyarakat kecil saja tetapi mereka bisa berasal dari tenaga kesehatan, pejabat pemerintahan, anggota dewan, tokoh masyarakat, tokoh agama dll ini yang jarang kita temukan dapat berkomunikasi secara langsung dengan mereka, dari hati-kehati, disaat mereka membutuhkan demi kesembuhan dan perjuangan melawan penyakitnya…

Lama kelamaan omzet harian meningkat dari Rp. 300 rb, 10 jt/bl tahun 2004

Tahun 2006 meningkat menjadi 60 jt per bulan, dan tahun 2007 modal kami sudah kembali..
Tahun 2008) menjadi 2,5 juta per hari 70-80 jt/bulan dan sekarang mulai ada perkembangan rata-rata hampir mendekati 100jt/bln.

Sekarang Karyawan kami bertambah seiring kebutuhan Apotek menjadi 8 orang { 1 APA (istri saya)+ 1 Saya sendiri (sekarang tidak menjadi APA di apotek lain karena lebih konsentrasi di apotek sendiri)+ 1Apoteker pendamping }, 2AA, 1 Administrasi, 1 juru Resep. 1 petugas kebersihan belum lagi sekarang ditambah 2 APoteker magang (yang betul-betul bekerja mulai melakukan pekerjaan juru resep sampai pekerjaan apoteker) agar nanti selepas magang bisa lebih mandiri dan tahu akan pekerjaannya.

Saya berfikir ternyata dari sebuah apotek kita bisa menciptakan lapangan kerja, menghidupi orang banyak, kita bisa menyumbang pajak buat Negara, kita bisa mengabdikan keilmuan kita bagi masyarakat, dibuat PKP Profesi apoteker bagi perguruan Tinggi, dibuat belajar magang bagi apoteker baru yang masih belum tahu seluk beluk praktek kefarmasian diapotek secara utuh beserta enterprenernya dll

Sekarang target kami tinggal mengembangkan apotek, membuka apotek baru atau melakukan diversifikasi usaha ..... dari sisi bisnis sah-sah saja namun sebagai seorang apoteker disinilah kita dituntut secara moral membantu teman sejawat kita untuk berwirausaha membangun apoteknya sendiri disaat kita dalam posisi punya kelebihan & kemampuan ....

Agar kita semua dapat menjalani praktek profesi yang mandiri..
Praktek yang jauh dari intervensi pihak lain

praktek yang tidak tergantung pemilik modal,

tetapi pemilik modal yang tergantung pada kita Apoteker

Saya punya cita-cita seandainya semua sejawat apoteker dapat melakukan praktek kefarmasian diapotek seperti ini ..

Betapa indahnya dunia profesi apoteker
Mari kita perbaiki Apotek kita ...
Rumah kita sendiri ..

Tempat melakukan praktek profesi
dan mengabdikan diri pada sesama
bagi seluruh umat manusia
Sesuai dengan sumpah Profesi
A P O T E K E R




Hidup Apoteker ...
Jayalah Profesiku ...